Hukuman yang Samar

“Salah satu hukuman yang samar dan menakukan adalah kehilangan manisnya bermunajat tanpa disadari.”

Sungguh ujian paling berat adalah kemudahan. Berat, sebab acapkali ia tak menghadirkan keinginan bertaubat, sebagaimana ujian kesulitan. Pada kesulitan, begitu mudah diri ini menyesali kesalahan. Namun pada kemudahan, jebakannya demikian halus. Diri ini mengira ia aman. Bahkan lebih buruknya lagi, ia menyangka Tuhan memaklumi tindakannya.

Padahal kenikmatan hamba ada pada kepatuhannya. Pada lurusnya ia berjalan, sebagaimana pintanya dalam tiap shalat. Jalan lurus, adalah jalan terdekat yang menghubungkan dua tempat. Ia lah jalan terbaik yang didambakan tiap insan tuk kembali pada Penciptanya. Ia lah jalan yang tercepat menyampaikannya pada obat kerinduan.

Maka manisnya penghambaan, permunajatan, adalah tetanda tersambungnya insan dengan Dia. Dimudahkan dan dihadirkannya kelapangan serta keringanan bermunajat, adalah hadiah yang lebih bernilai dari segala dalam hidup. Ia lah karunia yang tak tergantikan dengan bermiliar harta. Ia lah pemberian yang lebih besar daripada langit dan bumi. Dalam nikmatnya penghambaan lah insan merdeka, semerdeka-merdekanya.

Maka sungguh menakutkan, wahai diri, jika kenikmatan bermunajat dicabut darimu, perlahan, halus tanpa terasa, tersebab ketaktaatanmu. Kau bermaksiat, lalu menyangka Dia biarkan, bahkan tetap karuniakan rezeki. Padahal ia sedang biarkan kau tersesat, dan menjauh dengan pelan tapi pasti dari surga. Ia biarkan kau memasang hijab dengannya berbentuk maksiat. Lalu jadilah munajat sebagai beban, yang akhirnya kau kehilangan minat padanya.

Bencana besar. Sungguh bencana besar. Segeralah kembali, selagi waktu masih tersedia. Ya, jika waktu kini masih tersedia bagimu, mungkin pertanda Dia masih ingin mengampunimu. Bersegeralah, jangan tunda lagi. Kembalilah pada jalan lurus, jalan terdekat kembali kepadaNya.

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *