Uang Bisa Membeli Kebahagiaan

“Uang bisa membeli kebahagiaan, justru kala ia diberikan.”

Ya. Di sinilah paradoksnya. Insan mengumpulkan uang, lalu hadir kesenangan. Namun sebagaimana tabiat kesenangan, ia sesaat belaka. Lalu dijadikanlah uang itu alat tuk membeli beragam kenikmatan. Lagi-lagi ia segera terbitkan kesenangan. Dan lagi-lagi kesenangan itu sementara saja.

Sebab sejatinya kala uang digunakan untuk membeli, dan pakai sendiri, ia masih lah berada dalam genggaman. Kebahagiaan, baru lah hadir kala diri mencukupkan kesenangan. Kesenangan berada dalam genggaman, bukan menggenggam diri. Kesenangan yang kita kendalikan, bukan mengendalikan kita.

Maka ingat-ingatlah saat terakhir kali kita memberi. Betul-betul memberi, tanpa berharap kembali. Tengoklah ke dalam saat itu, meski mungkin kecil, desir kebahagiaan itu ada. Apalagi insan nan telah terlatih, kebahagiaan itu bukan lagi desir, melainkan aliran deras yang sulit dibendung.

Sebab memang kebahagiaan hadir kala kita melepaskan sesuatu, alih-alih mengumpulkan sesuatu. Memberi, menjadikan kita merdeka dari kelekatan pada makhluk. Kemerdekaan inilah sejatinya salah satu pintu kebahagiaan. Ada kerinduan dalam tiap diri tuk tak terikat. Lepas, bebas. Dan kebebasan sejati adalah kala diri tak terlekati segala yang masih makhluk.

Maka kumpulkanlah uang, wahai diri, dan berusaha lah tuk terampil melepaskannya. Jangan biarkan apa yang kau kumpulkan menimbunmu hidup-hidup. Jadilah pipa pengalir rezeki bagi banyak makhluk, niscaya kau kan dicintai Penciptanya.

 

Spread the love

1 thought on “Uang Bisa Membeli Kebahagiaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *