“Sebagaimana karyawan diperlakukan, seperti itu lah ia kan memperlakukan pelanggan.”
Memang tidak semua. Ada banyak pula karyawan yang meski diperlakukan kurang adil oleh perusahaan, sebab karena profesionalisme yang tinggi, mereka tetap berperilaku baik pada pelanggan. Namun secara rerata, kualitas layanan pelanggan sebuah perusahaan, mudah tampak dari kualitas layanan perusahaan pada karyawannya.
Ada memang perusahaan yang memiliki standar layanan ketat, pengaturan hingga cara pengucapan sebuah kalimat, sehingga semua tampak seragam. Tapi ya itu, seragam semata. Tak terasa ada yang berbeda, yang melahirkan desir di dada. Desir yang hanya terasa kala layanan itu hadir dari hati para karyawannya, sebab seperti itulah mereka terbiasa alami sehari-hari.
“Manusia tak hanya memerlukan roti semata,” demikian nasihat bijak.
Ya memang. Manusia memerlukan sentuhan hati, sentuhan jiwa, sentuhan pikir, di luar sentuhan fisik. Gaji boleh tinggi, namun kala dihinakan setiap hari, takkan ada yang sanggup jua bertahan. Sisi lain, gaji boleh pas-pasan, namun diperlakukan secara manusiawi, diberi kesempatan tuk tumbuhan diri, ceritanya sungguh teramat akan lain.
Maka nasihat seorang sahabat pada para pengusaha pemula, “Dirikan bisnis karena misi, bukan semata komisi.”
“Sungguh mendirikan bisnis,: ujarnya, “bukan semata lagi urusan uang.” Untung tentu penting, sebab takkan hidup bisnis nan tak untung. Namun dalam bisnis ada banyak orang yang hidup tak hanya semata mencari penghidupan. Mereka mencari penghargaan, rasa kekeluargaan, kemuliaan, pengabdian. Selalu ada kerinduan dalam tiap insan akan kebermanfaatan yang dapat diberikan pada kehidupan.
“Dan sebuah perusahaan yang hidup,” kembali nasihatnya, “adalah perusahaan yang meski kecil namun mampu menghidupkan jiwa-jiwa yang bernaung di dalamnya.”