Kamis, 26 September 2013 lalu, saya diundang oleh Bang Ippho Santosa untuk bergabung di Grand Seminar Indonesia Berdaya. Sungguh sebuah kehormatan, sebab yang hadir di sana sejatinya adalah para guru dengan jam terbang tinggi, baik di dunia bisnis maupun motivasi. Undangan dari Bang Ippho beberapa minggu sebelumnya hanya mengisyaratkan, “Silaturahim, biar banyak orang tahu kalau motivator muslim itu satu.”
Saya sih senang saja, meski tak merasa sebagai motivator. Apalagi yang setara dengan Pak Jamil Azzaini, Ustadz Reza Syarif, Pak Samsul Arifin, Ustadz Felix Siaw, dll. Kegembiraan saya lebih disebabkan bisa bertemu dengan banyak orang yang tak hanya sukses, melainkan lebih dari itu: shalih. Aura ini yang amat jarang saya temui dalam kegiatan-kegiatan lain.
Lalu apa sih Indonesia Berdaya itu?
Detilnya, silakan mampir ke www.indonesiaberdaya.com. Pada intinya, ini adalah gerakan untuk membeli bersama aset-aset strategis, agar kembali ke tangan umat. Tak dimiliki oleh asing, atau sekelompok pengusaha oportunis yang tak peduli pada nasib rakyat miskin. Untuk itu, telah disediakan Dompet Dhuafa Republika sebagai operator, sehingga kita cukup menyediakan diri mentransfer dana ke rekening yang akan menampung dana umat ini.
Salah satu hal yang membuka mata saya di malam itu adalah penjelasan dari Ustadz Yusuf Mansur, bahwa infak Jum’at yang rerata 2 juta per minggu itu sejatinya berpotensi menjadi dana miliaran jika digabungkan. Sehingga pengumuman menjelang khutbah Jum’at tak lagi menjemukan, yakni hanya berkisar untuk pemeliharaan masjid dan membiayai pengajian, melainkan nantinya menjadi informasi tentang telah diakuisisinya hotel, perusahaan penerbangan, dll.
Nah, melalui blog ini, saya pun mengajak seluruh sahabat yang membaca untuk turut serta dalam gerakan ini. Sungguh beberapa rupiah yang tak berarti dalam kantong kita itu, yang kerapkali berakhir hanya menjadi secangkir kopi atau sepiring santapan, akan menjadikan umat ini kembali menguasai aset-aset ekonomi di masa yang akan datang. Jangan sampai anak cucu kita kelak, menjadi penumpang di negeri sendiri, sebab segalanya telah dimiliki asing.
Bismillah…