Di Antara Benci dan Suka

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.” (Al Baqarah: 216)

Penglihatan manusia sungguh pendek, lagi kerap mudah tertipu. “Itulah sebab,” nasihat seorang guru, “meski mata kita 2, ia diberi penutup.” Karena ada kalanya kita perlu memejamkannya, dan merenung, akan hikmah dari yang tampak.

Pendeknya penglihatan, menjadikan diri ini kerap menginginkan sesuatu yang tampak indah bagi nafsu, padahal kebaikan di dalamnya belum tentu. Begitu pula kita sering menghindari sesuatu yang terasa menyulitkan, padahal kebaikanlah di sebaliknya.

Sebuah pepatah Arab mengatakan, pukulan yang tak mematikanmu, akan membuatmu lebih kuat. Namun bagi diri dengan penglihatan terbatas, pukulan nan diterima tetap terasa menyakitkan. Dan tak jarang yang sakit itu lah yang diributkan terus, sedang kebaikan di setelahnya malah tak terurus. Padahal tak menjadi kuat otot-otot dalam tubuh, jika tak pernah ‘dilukai’ lewat latihan tiada henti.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.

Shalat, zakat, puasa, sedekah, berakhlak yang baik, adalah segelintir hal-hal baik, yang nafsu kerap melawan diri tuk menjalankannya.

Boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.

Maksiat, meninggalkan ibadah, mengesampingkan syariat, berakhlak buruk, berbuat curang, adalah beberapa hal yang nafsu lebih ringan melakukannya, padahal kesudahannya kelak amat menyiksa.

Bagi seorang anak, perilaku orang tua yang mengajaknya ke dokter untuk disuntik imunisasi mungkin sebuah siksaan. Baru kelak kala ia mendewasa lah, ia menyadari bahwa itu kasih sayang belaka.

Allah mengetahui, sedang diri ini tak mengetahui. 

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *