Pribadi Bertanggung Jawab

 “Hal itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah diberikanNya pada suatu kaum hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.”

Al Anfal: 53

Kita hidup dalam naungan kekuasaanNya. Tidak ada secuil pun bagian dari diri yang tak berada dalam genggamanNya. Takkan ada sesuatu yang bergerak melainkan dengan izinNya. Yang hidup dan yang mati, keduanya sesuai dengan rencanaNya.

Namun rencanaNya tak pernah kita kenali, kecuali setelah ia terjadi. Sebab Ia memang anugerahkan kita kemampuan tuk memilih. Itulah sebabnya, manusia adalah makhluk yang mampu mengubah nasibnya. Tak ada makhluk lain ciptaanNya yang mungkin mengubah nasib di akhir hidupnya, kecuali manusia. Takkan mungkin seekor kucing berubah menjadi anjing. Takkan bisa malaikat menjadi manusia. Tapi manusia, lahir miskin bisa mati menjadi kaya. Lahir kafir bisa mati dalam iman. Begitu pula sebaliknya.

Ini adalah sebab manusia dikaruniai akal dalam dirinya, dan ilmu dari sisiNya. Ayah kita, Adam as, Allah bedakan dari malaikat dengan pengajaran yang diterimanya. Nama-nama benda, pemahaman akan hakikat berbagai kejadian, adalah bekal untuk mengubah sesuatu. Apa-apa yang kita sadari, bisa kita kendalikan; apa-apa yang tak kita sadari, mengendalikan kita.

Atas dua bekal inilah, Allah berikan kemampuan pada manusia tuk memilih nasibnya, mengubah keadaannya. Setiap kejadian Dia aturkan nikmat adanya. Bagaimana tidak? Sedang sebuah pengalaman buruk yang pernah dialami di masa lalu, kiranya adalah pembelajaran berharga di masa depan. Apa-apa yang tak mematikanmu, membuatmu lebih kuat.

Dan atas kemampuan mengubah nasib inilah, Allah biarkan manusia berusaha. Memang tiap usaha selalu ada dalam naungan takdirNya. Namun sekali lagi, kita tak pernah tahu mana takdir diri ini, sebelum semuanya terjadi. Maka semua yang belum terjadi adalah kemungkinan. Apa yang mungkin dibayangkan oleh pikiran, mungkin diletakkan dalam genggaman.

Tengoklah insan yang produktif, yang hidupnya banyak melahirkan karya-karya yang melampaui kebutuhan pribadinya, yang kerja-kerjanya telah berjasa membangun sekitarnya. Mereka adalah insan yang bekerja tanpa diminta. Sebab kesadaran bahwa karunia berupa akal dan kehendak itu telah ada dalam diri sekian lamanya. Kenyataan bahwa ia ada, menunjukkan kewajiban yang ada padanya. Di dalam sebuah kekuatan besar, terkandung tanggung jawab atasnya.

Inilah tanggung jawab. Dan ada yang menarik dengan soal tanggung jawab ini dalam istilah bahasa Inggrisnya. Responsibility, bisa dipisah menjadi response-ability. Maka tanggung jawab bermakna kemampuan untuk memilih respons. Kemampuan untuk berinisiatif memilih apa yang bisa dilakukan oleh diri, agar bermanfaat bagi kehidupan ini. Sebab tugas telah lama menanti, tak layak kita berdiam diri. Selemah-lemah iman adalah persoalan dalam hati. Namun tanggung jawab utama adalah memulai dengan tangan ini.

Maka insan bertanggung jawab, insan yang produktif, adalah ia yang dalam setiap keadaan senantiasa tak pernah lepas bertanya, “Apa yang bisa kulakukan? Apa yang bisa kusumbangkan? Apa tugasku di sini?” Sebab kita, adalah apa-apa yang kita kerjakan. Kita takkan ditanya akan apa yang kita miliki, namun kita akan ditanya akan apa yang telah kita lakukan.

Sungguh pada tiap kejadian yang tidak menyenangkan, ada ruang perbaikan. Dan insan produktif, melihat celah perbaikan itu, lalu melangkahkan kaki dan mengayunkan tangannya untuk menyumbangkan apa yang bisa ia berikan.

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *