Lakukan Apa Nan Bisa Dikerjakan

“Lakukanlah apa nan bisa dikerjakan saja, agar waktu dan tenaga tak terbuang percuma.”

Salah satu bahasan favorit saya dalam buku The 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen R. Covey adalah dua lingkaran yang beliau tuturkan di Kebiasaan 1: Jadilah Proaktif. Menjadi proaktif, menurut Eyang Covey, berarti memetakan tiap hal yang kita pikirkan ke dalam dua lingkaran. Lingkaran pertama adalah lingkaran kepedulian. Sedang lingkaran kedua adalah lingkaran pengaruh.

Lingkaran kepedulian adalah segala hal yang hanya bisa kita pikirkan, namun tidak bisa kita pengaruhi secara langsung. Ia adalah soalan semacam cuaca hari ini, kurs mata uang, siapa yang menjadi presiden dan gubernur, kondisi lalu lintas, promosi karir, sampai sifat dari orang lain. Kesemua hal ini hanya bisa dipikirkan, dibicarakan, dipedulikan, digosipkan, namun tak bisa diubah secara langsung. Kenyataan bahwa tak ada yang bisa kita lakukan terhadapnya lah yang kerap membuatnya ‘asyik’ untuk dibicarakan semata.

Sisi lain, lingkaran pengaruh adalah hal-hal yang bisa dipengaruhi secara langsung dengan wewenang yang ada saat ini. Meski pengaruh itu kecil, meski dampaknya tak signifikan. Cuaca mendung, ya siapkan payung. Ingin promosi, ya tingkatkan produktivitas dan kompetensi. Lalu lintas pagi yang padat, ya berangkat lebih pagi. Maka Pak Covey merangkum bahwa orang yang proaktif adalah ia yang fokus pada apa yang bisa ia lakukan. Pertanyaan sederhana pada tiap keadaan adalah: Apa yang bisa saya lakukan di situasi ini? Jika ada, lakukan. Jika benar-benar tidak ada, ya tak usah dipikirkan.

Sebab memikirkan, membicarakan, menggosipkan sesuatu, kerap tak disadari, sungguh memakan banyak waktu. Cermati obrolan yang temanya kesana kemari. Berapa menit dilalui? Minimal, 15-30 menit sekali duduk. Dan sudah kita bahas pada artikel yang lalu, bagaimana waktu 15 menit setiap hari, bisa berdampak amat signifikan di kemudian hari.

Maka insan produktif memang tak pernah punya kelebihan waktu dibanding yang lain. Mereka hanyalah orang-orang yang dengan mudah menolak ajakan tuk memikirkan yang tak bisa dikendalikan, dan fokus pada apa yang bisa dilakukan. Hidup mereka terasa lebih ringan, sebab kepercayaan diri yang menumpuk akibat mengerjakan apa yang bisa dilakukan. Sementara itu, memikirkan yang tak bisa dipengaruhi, rupa-rupanya, sedikit demi sedikit, mengikis keyakinan pada diri.

Menariknya, tutur Pak Covey, lingkaran pengaruh yang terus-menerus diperhatikan, lama-kelamaan kan membesar. Persis seperti sebuah nasihat, “Energy flows, where attention goes.” Energi kita mengalir, ke mana perhatian kita arahkan. Energi yang kita miliki terbatas, kala diarahkan pada yang tak bisa dikendalikan, yang demikian banyaknya itu, ia buyar, tak hasilkan apapun. Namun ketika diarahkan pada apa yang bisa dilakukan, ia efektif, berdampak, terasa, dan terus membesar.

Perhatikan mereka yang kini memiliki pengaruh besar dalam komunitas tempatnya berada. Belajarlah. Bertanyalah. Niscaya kan kita temui semuanya bermula dari tindakan-tindakan kecil. Seorang manajer memiliki pengaruh lebih besar daripada staf, sebab kala menjadi staf ia fokus pada apa yang bisa ia kerjakan. Seorang pebisnis memiliki pengaruh lebih besar dari karyawan sebab ketika merintis ia fokus pada apa yang bisa dihasilkan. Para pemimpin pendiri negeri ini adalah mereka yang tak banyak mengeluh, namun fokus pada apa yang bisa dikerjakan untuk membangun dan mengokohkan pemerintahan.

Maka cermatlah, wahai diri. Cermatlah mengenali keluh yang tak henti-henti. Sebab itu tanda kau sedang fokus pada apa yang hanya bisa dipedulikan. Segeralah picu pikiran dengan tanya: Apa yang bisa kulakukan? Lalu bertindaklah, bekerjalah jika bisa. Jika tak ada, maka tinggalkanlah segera. Agar waktu dan tenaga tak terbuang dan tersia.

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *