“Percakapan adalah pembuka ruang kebutuhan.”
Kurunut-runut, orang-orang yang memberikan peluang kerjasama padaku adalah mereka yang telah mengenalku minimal 3 tahun. Kami terus berkomunikasi meski tak setiap hari. Lalu pada satu waktu, datanglah penawaran itu. Hampir-hampir tanpa penelitian detil, dan negosiasi yang pelik.
Seorang kawan yang sukses dalam penjualan produk berharga puluhan juta mengatakan bahwa kebanyakan pelanggan memutuskan untuk membeli di pertemuan ke 12. Pengalaman yang sama ditemukan hampir semua salesperson yang berjualan produk korporat. Menariknya, sementara para penjual kerap dicap sebagai orang yang pandai merayu, penjualan justru lebih kerap terjadi tanpa rayuan yang berarti. Pertemanan, kepercayaan, melahirkan peluang-peluang tanpa banyak tawar-menawar.
Mungkin inilah hikmah dari ajaran bahwa silaturahim itu memperpanjang umur. Jiwa-jiwa yang banyak bersilaturahim senantiasa tentram sebab terhubung dan tak terombang-ambing sendirian. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, selaras, maka berbagai kesulitan yang berat kala tak ada kawan, seketika jadi ringan.
Adalah Sang Manusia Mulia, Nabi Muhammad saw yang mengajarkan kita tuk menanyakan nama pada orang yang kita temui. Sebab menanyakan nama adalah bentuk penghargaan dan menimbulkan kepercayaan. Tak ada orang yang tak senang dipanggil dengan namanya. Sementara hampir tiap hari kita pasti menemui orang-orang baru, peluang tuk menambah teman baru demikian besar. Tak cuma itu, melalui penuturan sahabatnya, Abu Hurairah ra, Sang Nabi saw mendidik tiap muslim tentang cara memperlakukan muslim lainnya sebagai berikut.
“Hak muslim pada muslim yang lain ada enam.” Lalu ada yang menanyakan, ”Apa saja keenam hal itu?” Lantas beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam padanya, (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya, (3) Apabila engkau dimintai nasehat, berilah nasehat padanya, (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’), (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia, dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim no. 2162)
Perhatikan, wahai diri, ada banyak kesempatan tuk memulai pembicaraan. Ada banyak peluang tuk menabung kebaikan dalam berinteraksi. Baru bertemu, kita bisa mengucapkan salam. Ia punya acara, kita bisa menghadirinya. Ia perlu saran, kita berikan sesuai kemampuan. Ia bersin, kita mendoakan. Ia sakit, kita menjenguk. Bahkan ia meninggal pun, kita bisa iringi jenazahnya.
Inilah hidup yang produktif. Hampir-hampir tak ada waktu luang tersia jika yang satu ini saja kita amalkan. Percakapan adalah pembuka ruang kebutuhan. Seperti seorang kawan yang bisnisnya besar meski ia bekerja sendirian, “Selama masih ada orang yang memerlukan bantuan, maka aku yakin takkan pernah kekurangan pekerjaan.”
Mari berteman, mari bangun percakapan.