“Jika kamu menyatakan suatu kebajikan, menyembunyikannya atau memaafkan kesalahan orang lain, sesungguhnya Allah Maha Pemaaf, Maha Kuasa.”
An Nisa’: 149
Hidup produktif, bagi insan beriman, bukan semata soal banyak dan kasat mata. Bukan hanya yang ada di dunia. Insan beriman, ingin memastikan bahwa apa yang ia hasilkan terhitung jadi kebaikan pada hari perhitungan kelak. Maka tiap kerjanya, tiap usahanya, tiap kata dan pikirannya, mesti dipastikan merupakan apa-apa yang memenuhi kriteria keabadian. Jadilah kebiasaannya adalah mencari tahu apa saja tindakan yang masuk di dalamnya.
Lalu hadirlah ayat di atas di hadapan kita. Sebuah cahaya yang menguraikan dengan gamblang tiga jenis tindakan yang kan berujung pada pengampunanNya.
Duhai, siapa yang tak menginginkan ampunan? Tak ada! Sebab tak satu pun kita pernah dan bisa lepas dari kesalahan. Dan tiap kesalahan, dalam sekecil-kecil bentuk, bisa jadi peluruh kebaikan dalam jumlah yang banyak. Maka ampunan Tuhan adalah dambaan insan beriman.
Lalu seperti apakah persisnya tindakan yang bisa hadirkan ampunan itu?
Yang pertama, ialah kebaikan itu sendiri. Berbuat baik, bertindak benar, sesuai tuntunannya. Banyakkah jenisnya? Amat banyak. Dari mulai ‘sekedar’ senyuman, hingga perjuangan yang mengorbankan nyawa. Menariknya, ketika kita mulai mempelajari ajaran agama, kan bertemulah kita dengan daftar perilaku baik, yang sejatinya bagian dari pekerjaan sehari-hari. Ya, sebab insan beriman itu ihsan. Kerjanya sungguh-sungguh meski tak dilihat manusia. Maka tiap kerja profesionalnya, itulah kebaikan pula. Tinggal kita pastikan ia terdaftar saja, dengan cara meluruskan niat sebelum memulainya. Tak masalah ia dikerjakan dengan cara diperlihatkan pada orang lain, selama niat hanya untuk persembahan kepadaNya. Namun jika khawatir hati ini melenceng dari jalannya, maka…
Yang kedua, kebaikan yang telah dikerjakan tadi, kita sembunyikan saja, kalau memungkinkan. Ya, tak ada beda bagiNya, selama kebaikan itu diniatkan untukNya, apakah ia kita nyatakan atau sembunyikan. Masing-masing memiliki nilai. Dengan dinyatakan, kita bisa memberi contoh orang lain. Jadilah mereka bergerak beramai-ramai. Tak bisa dipungkiri, insan perlu teladan. Maka tak masalah kita sediakan. Sisi lain, menyembunyikan kebaikan lebih aman bagi hati yang masih ragu dengan keikhlasannya. Maka sembunyikanlah, wahai diri, jika itu yang kau perlukan.
Yang ketiga, memaafkan orang lain. Ya, sebagaimana kita ingin dimaafkan, begitu pulalah orang lain. Sebab Dia Maha Pemaaf, maka Dia senang pada insan yang meniru sifat itu. Maafkan orang lain, hapuskan kesalahannya dari pikiran dan hatimu, agar lapang dan kembali terisi olehNya. Ya, sebab hati tak bisa mendua, jika bukan diisi olehNya, pasti diisi yang lain. Jika hati terisi benci dan dendam, lalu di mana Dia kau tempatkan dalam hatimu? Memaafkan juga bisa menjadi jalan tuk melanjutkan hidup. Perjalanan masih panjang, belum lagi usai. Pikiran dan hati perlu lebih banyak diarahkan untuk yang menghasilkan, daripada kesia-siaan. Hati yang sudah bersih dari kemarahan, kan bisa diisi lagi dengan dorongan berkebaikan. Ya, kembali ke tindakan pertama dan kedua tadi.