Gunakan Ilmu “Next”

“Kunci keberhasilan adalah kebiasaan.”

Aku teringat suatu kali pernah mendapatkan sebuah pembelajaran dari seorang salesman yang sukses. Rupa-rupanya, jika ditandai, perbedaan penjual sukses dan tidak adalah pada salah satu kebiasaannya. Ya, menjual pasti mengalami penolakan. Siapa yang tidak? Jangankan menjual barang dan jasa, menawarkan ide saja kita pun rentan pada penolakan.

Nah, pada tiap penolakan, tentu ada kekecewaan. Para penjual sukses pun tak luput dari rasa kecewa ini. Bedanya, mereka tak kecewa berlarut-larut. Mereka segera bangkit dan melanjutkan perjalanan.

Mudah?

Tentu tidak. Tapi para penjual sukses mampu melakukannya. Apa resepnya?

“Pakai ilmu ‘next’,” ujar seorang kawan.

“Ilmu ‘next’? Maksudnya?” tanyaku penasaran.

“Ya itu, ketika mengalami penolakan, jangan terlalu lama baper. Tak perlu berlarut-larut merenungkan penolakan, nanti gimana target tidak tercapai, dll. Langsung aja lanjut ke prospek berikutya. Next, gitu.”

Ooo, begitu rupanya. Dipikir-pikir, masuk akal juga. Sebab yang membuat kita tidak produktif seringkali memang bukan kemampuan, melainkan perasaan. Malas, jenuh, kecewa, takut, adalah beberapa jenis perasaan yang kerap menghalangi seseorang untuk segera mengambil tindakan dan melakukan perbaikan. Maka mengatasinya segera, adalah jalan untuk meningkatkan produktivitas.

Menariknya, ilmu ‘next’ ini bisa diaplikasikan dalam banyak hal. Berapa sering ide ditolak? Berapa sering proposal diabaikan? Berapa sering pemikiran tidak digubris? Berapa sering lamaran tidak berbalas? Jika semua itu—dan banyak jenis penolakan lain—dipelihara kekecewaannya, niscaya tidak produktif lah hidup kita. Maka berlatih dengan membiasakan berkata ‘next’ dari sebuah ‘kegagalan’ untuk melanjutkan pekerjaan adalah sesuatu yang amat layak dirutinkan.

Belum lagi manfaat lain seperti bangkit dari kebelumberhasilan membangun kebiasaan baru. Ingin diet tapi tergoda makan banyak lagi? Ingin berhenti merokok tapi tergoda tawaran teman? Ingin olahraga tapi tergoda nyamannya kasur? Dan banyak lagi yang lain. Sudah memulai namun jatuh lagi. Sudah bertobat lalu kembali lagi.

Jangan berhenti. Ya, jangan pernah berhenti. Next. Next. Next. Teruslah mencoba. Teruslah berusaha. Teruslah bangun dan berjalan kembali. Tak ada keberhasilan yang instan. Kunci keberhasilan adalah kebiasaan. Dan kunci kebiasaan adalah—membiasakan.

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *