“Kala orang lain berkali-kali tak jalankan apa nan kau minta, berkacalah pada caramu memintanya.”
Ada sebagian insan yang merasa mampu mengendalikan perilaku orang lain. Ya, merasa. Ia meminta orang lain melakukan sesuatu, tanpa pernah benar-benar memahami apakah permintaannya dimengerti dengan baik. Maka kala yang diminta tak menjalankannya, tak kuasa lah ia mengendalikan kekesalan.
Wajar, jika ini terjadi sesekali. Namun diri ini sungguh perlu bercermin, kala ia terjadi berkali-kali. Bukan, bukan tuk menyalahkan atau kesal lebih besar lagi. Tapi berkacalah pada cara diri ini menyampaikan. Sebab kita tak berkomunikasi dengan orang lain semata. Kita sejatinya berkomunikasi pada diri sendiri, menggunakan peta yang kita simpan di dalam ini.
Kita memang telah bicara. Tapi adakah ia telah mendengar? Jika sudah, adakah ia telah memahami? Jika telah, mampukah ia menjalankannya?
Sungguh benar sebuah ungkapan bijak, “Makna dari sebuah pembicaraan ada pada balasan yang kita dapatkan.”
Jika balasan yang kita dapat belum sesuai dengan harapan, jangan buru-buru salahkan orang lain. Tengoklah ke dalam, adakah kita benar-benar telah menyampaikan, atau jangan-jangan kita baru bicara pada diri sendiri?