Sebuah hikmah sampai pada kami beberapa waktu lalu, melalui akun seorang kawan di media sosial. Dalam hikmah tersebut, dikatakan bahwa perintah agama pada manusia untuk menjadi kaya kerapkali disampaikan secara implisit melalui perintah seperti zakat, sedekah, haji. Ketiga perintah tersebut, nyata-nyata memang menghendaki seseorang untuk memiliki harta yang cukup untuk dapat menunaikannya.
Tak disebutkannya secara eksplisit perintah untuk mengumpulkan harta—yang merupakan sebab seseorang bisa berzakat, bersedekah, dan berhaji—bisa jadi karena memang kecenderungan untuk mengumpulkan kekayaan duniawi memang telah ada dalam nafsu manusia. Tanpa disuruh pun, manusia pasti menyukai kekayaan material. Maka yang diperlukan bukanlah motivasi untuk mengumpulkan kekayaan—sebab ia telah ada belaka—melainkan motivasi untuk memanfaatkan kekayaan tersebut.
Sebab pada setiap harta kan dipertanyakan 3 perkara: apa niatnya, bagaimana datangnya, bagaimana ia dipergunakan? Bukan soal seberapa banyak yang kita kumpulkan, melainkan 3 jawaban atas 3 pertanyaan itu lah yang perlu kita perhatikan.
Niat, ibarat pendaftaran. Tanpa mendaftar lomba lari, meskipun kita berlari kencang dan lebih dulu mencapai finish, tak bisa kita menang. Begitu pun niat. Segala yang diniatkan untuk Allah kan sampai pada Allah. Segala yang diniatkan untuk selainNya, kan sia-sia belaka, betapa pun banyaknya.
Bagaimana ia datang, bicara soal keselarasan cara mengumpulkan harta dengan petunjuk Allah dalam syariat. Sesuatu yang baik, didapat dengan cara tak baik, tak baik lah kesudahannya. Dalam keyakinan bahwa Dia lah Sang Pencipta, kita hidup di bawah petunjukNya.
Bagaimana ia dipergunakan, bicara soal kemanfaatan. Sebaik-baik insan adalah yang paling banyak mendatangkan manfaat. Sungguh beruntunglah insan yang kaya namun tak terikat pada kekayaannya. Yang melepaskan harta semudah membiarkan debu tertiup angin. Sebab insan serupa ini lah yang kan ‘aman’ di hari akhir kelak. Kita adalah jalan bagi kebaikan yang Allah ingin curahkan pada kehidupan. Makin banyak harta yang ada di tangan, makin banyak tanggung jawab nan kita pegang. Sebab kebutuhan pribadi kita tak pernah terlalu banyak. Maka kelebihan harta jelas bukan milik kita semata, melainkan milik orang lain yang diamanahkan pengelolaannya pada kita.
Postingan yang menginspirasi. Tiba-tiba waktu saya membuka website Mas Teddy, saya langsung menemukan “Dambakan Kemanfaatan”. Subhanallah, Allah Swt seperti menunjukkan saya kepada tulisan ini. Masih Fresh, tadi malam saya membuat suatu tulisan yang berkaitan dengan sukses dan kaya. Saya membahas tentang sukses dan kaya itu boleh dan tidak dosa selama niatnya benar. Misal kaya supaya bisa bersedekah dan bermanfaat untuk sesama, kaya supaya bisa membangunkan rumah yatim piatu. Justru yang terlewatkan oleh saya adalah bagaimana mendapatkannya? Dan ini menjadi inspirasi untuk tulisan selanjutnya mengenai sukses dan kaya. Semoga setiap tulisan Mas Teddy menjadi Manfaat Keilmuan bagi setiap orang yang membacanya. Yang benar datangnya dari Allah Swt, dan yang kurang pas datangnya dari saya. Terima kasih Mas Teddy 🙂