“Carilah pahala akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”
(Al Qashash: 77)
Demikian Allah terangkan cara kita hidup. Bahwa hidup mesti dijalani dalam keseimbangan. Setiap hal ada porsinya, sebab setiap hal saling terhubung satu sama lain. Dunia ini ujian. Ia jalan ke akhirat. Gambaran akhirat bisa diperkirakan di dunia. Yakni bagaimana ia menjadi jalan bagi keselamatan di akhirat.
Lalu dihadapkanlah kita pada pekerjaan. Aktivitas yang bagi banyak orang kerap menyita waktu paling banyak, jauh lebih banyak dari aktivitas-aktivitas lain. Namun justru dalam kerja ini lah, insan kerap lupa, bahwa apa yang ia kerjakan adalah ladang bagi akhiratnya. Bangun pagi-pagi, dan niat yang ditambatkannya hanya semata mengumpulkan materi. Tak salah, sebab memang ia kebutuhan tuk hidup. Tapi pekerjaan, sejatinya adalah ruang yang teramat luas bagi kebaikan, yang berujung pada ganjaran besar di akhirat.
Berbuat baiklah kepada orang lain.
Bukankah ini inti dari keberlangsungan bisnis? Bisnis hidup sebab kita menghadirkan produk yang memenuhi kebutuhan orang lain. Semakin banyak kebutuhan yang kita penuhi, semakin berkembang pula bisnis yang dijalani. Para penjual di era ini sungguh makin menyadari, bahwa penjualan terjadi saat kita menolong pelanggan memenuhi kebutuhannya. Sehingga pekerjaan menjual, menjalankan bisnis, sejatinya adalah ladang amal yang luar biasa.
Kadang, rasa malas memang hadir. Jenuh sebab bertahun-tahun mengerjakan yang itu-itu saja. Apa yang bisa kita lakukan?
… sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu…
Ya. Ingatlah, wahai diri, bahwa nikmat Allah tak pernah berhenti. Ketika kita malas, ketika hasil kerja kita seadanya, nikmatNya terus mengalir tak berkurang setitik jua. Adakah Ia kurangi oksigen di udara kala kita ogah-ogahan menjalani hidup? Tidak. Maka betapapun nafsu menghendaki diri tuk bermalas-malasan, malu lah pada Nya yang meski didurhakai namun terus mengasihi tak pernah henti.
… dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.
Nah, inilah dia satu lagi alasan tuk tak boleh bermalas-malasan. Sebab malas, berarti tak sungguh-sungguh dalam kerja. Dan ketidaksungguhan, pasti menimbulkan kerusakan. Hasil kerja seadanya, bahkan di bawah standar. Orang lain jelas terkena getahnya. Sungguh pernah kita dengar, pesawat jatuh hanya karena kesalahan kecil seorang petugas saja. Hati-hatilah, wahai diri, tuk tak berbuat kerusakan, tersebab kemalasan. Sebab Dia, amat tak menyukai kita yang berbuat kerusakan.
Maka pada pekerjaan, yang paling menyita banyak waktu kita ini, mari kita insafi. Ia lah jalan lapang menuju surga atau neraka. Perhatikan niat dan cara kita bekerja. Jangan lah sampai, wahai diri, buku catatan kita dipenuhi ketidakseriusan, kekurangtekunan. Sebab pada kerjamu, ada nasib akhiratmu.
Masya Allah.. Izin share, ya Pak..