“Ia berkata, ‘Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapapun setelahku.’” (Shad: 35)
Siang ini aku dipertemukan dengan bahasan dari Ustadz Nouman Ali Khan tentang surat Shad ayat 35. Ayat ini mengajarkan tentang doa yang diucapkan oleh Nabi Sulaiman as, “Ia berkata, ‘Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapapun setelahku.’”
Sungguh doa ini agak mengherankan bagiku dan mungkin sebagian orang yang sedang mendalami agama. Ketika dalam perjalanan ini aku sedang belajar untuk tidak meminta dunia, mengapa salah seorang nabi yang mulia justru meminta dunia. Bukan sembarang dunia, melainkan kerajaan yang teramat besar kekuasaannya, dikuatkan lagi dengan ungkapan yang mungkin bagi ukuranku begitu ‘serakah’, yakni berharap tak ada orang lain yang menyamai.
Dan Allah pun mengabulkannya. Kita mengenal Nabi Sulaiman as sebagai seorang raja yang amat luas kekuasaannya, bahkan hingga memerintah para hewan dan jin.
Apa sebenarnya pelajaran dari ayat ini?
Ustadz Nouman mengulas bahwa para nabi diciptakan dengan berbagai kekuatan, bermacam bakat, sebab memang setiap nabi memiliki zaman, umat, dan tugasnya sendiri. Dan setiap bakat adalah tanda bagi diri kita akan tugas yang hendaknya kita emban, sebab di situlah barangkali terletak peran kita dalam hidup.
Ya, kehidupan ini serupa rangkaian puzzle. Setiap potongan mewakili bagian dari gambaran besar. Ketika dirangkai, baru lah kan tampak keseluruhan yang indah. Begitu lah tiap insan memiliki potongan tugas dalam hidupnya, yang karenanya lah mesti dioptimalkan untuk dapat menuntaskan tugas kekhalifahan yang diberikan pada kita.
Nabi Sulaiman as, dikaruniai Allah bakat yang luar biasa dalam hal kepemimpinan dan pemerintahan. Maka beliau, yang memang mampu mengendalikan kekuasaan alih-alih dikendalikan olehnya, mengharapkan karunia Allah berupa kekuasaan yang teramat besar, agar dapat menghadirkan sebaik-baiknya manfaat.
Kita tahu, setidaknya ada 3 hal yang akan kita bawa mati dan menjadi penolong kita. Pertama adalah ilmu yang bermanfaat, kedua doa anak yang shalih, dan ketiga sadaqah jariyah. Maka sudah jadi keutamaan orang yang ingin selamat di akhirat kelak, untuk memastikan ketiganya disiapkan selama hayat dikandung badan.
Di titik inilah, doa Nabi Sulaiman as menjadi pelajaran bagi kita. Ya, ayat ini mengajarkan pada kita untuk tidak menjauhi dunia, sebab dunia adalah ladang amal. Dunia yang pendek ini memang tak sebanding dengan akhirat, namun inilah satu-satunya jalan dan bekal yang kan menyelamatkan kita di keabadian.
Lalu bagaimana agar kita tak jatuh ke dalam godaan dunia hingga melupakan akhirat?
Dengan mengenali kekuatan-kekuatan yang Allah karuniakan untuk dioptimalkan di dunia. Bakat-bakat yang dianugerahkan pada kita, adalah ladang amal akhirat yang luar biasa. Sebab bakat yang diasah akan menjadi manfaat teramat besar bagi banyak orang. Dan dari sana lah mengalir pahala yang tak putus-putus. Insya Allah.
Sungguh dunia ini mesti dipimpin, dikelola, dikendalikan. Jika tidak, ia lah yang kan memimpin, mengelola, dan mengendalikan. Alhamdulillah, Allah telah karuniakan sebagian alat pengendali dunia itu dalam diri ini. Ia lah potensi yang menunggu untuk diasah dan digunakan untuk sebesar-besarnya kebaikan. Ada orang yang tak berbakat memegang kekuasaan, hingga kala diberi ia terjatuh karenanya. Namun ada orang, seperti Nabi Sulaiman as, yang sanggup mengemban kekuasaan, hingga melahirkan kemakmuran.
Apa saja kah bakat-bakat kita?
Kenali, tumbuhkan, latih, kembangkan, manfaatkan untuk kehidupan. Malulah dengan rasa malas yang kerap muncul. Mohon ampunlah karena waktu yang terbuang itu. Mintalah pada Allah untuk membesarkan bakat itu hingga batas maksimal.
Sungguh sejauh ini aku mengenali bakatku ada dalam 3 hal: berbicara dengan baik, menulis dengan runut, dan menyederhanakan hal yang rumit. Kurasakan ketiganya berkumpul dalam profesi guru, trainer, coach, konsultan. Aku berdoa padaNya, “Duhai Allah. Ampunilah aku. Anugerahkanlah kepadaku ilmu dan kemampuan mengajar, membantu orang lain bertumbuh, yang takkan kau anugerahkan lagi pada orang lain setelahku.” Amin.