“Tiap hal ada waktunya. Tiap waktu ada halnya.”
Ada waktu bekerja, ada waktu beristirahat. Dalam kerja kita lahirkan karya. Dalam istirahat, kita bangkitkan kembali energi tuk hasilkan karya. Tak perhatian pada istirahat berarti membunuh perlahan potensi tuk terus berkarya. Begitupun terlalu banyak beristirahat, dan tak perhatian pada kerja sistematis, berarti mematikan keahlian, melemahkan kemampuan.
Dalam kejenuhan, rehat terbaik seringkali bukan semata diam dan bersantai. Melainkan mengerjakan apa-apa nan baik, namun di luar kebiasaan. Sebab yang di luar kebiasaan, sesuai dengan namanya, mengajak diri memperluas pikir dan rasa, dan menambah kapasitas melahirkan karya-karya otentik. Aktivitas di luar kebiasaan kan mengajak kita keluar dari kotak, dan menemukan lahan berpikir dan berkarya yang lebih luas. Berada di luar kebiasaan pu memungkinkan diri ini bisa mengevaluasi kebiasaan lama, tuk kemudian memperbaikinya.
Maka, rehat, memang tak mesti dengan tidur. Rehat, bisa jadi dengan bergerak. Terlalu lama duduk, berjalanlah. Terlalu lama di ruangan, keluarlah. Terlalu lama serius dalam rapat, bercengkerama lah. Terlalu lama berpikir, berekreasilah. Terlalu lama berada di sebuah komunitas, berkenalan lah dengan orang-orang baru. Atau paling tidak bicarakanlah hal yang lain dari biasanya.
Pada tiap diri, ada ruang-ruang tuk diisi. Makanan bergizi, bukanlah satu jenis saja. Sebab tiap makanan memiliki peran dalam memunculkan energi. Begitu pun tiap aktivitas. Pada tiap kegiatannya ada manfaat bagi diri. Dan ruang manfaat itu tak bisa tidak mesti diisi dengan yang memiliki potensi untuk mengisinya. Tidur malam tak bisa digantikan dengan tidur siang. Begitu pun silaturahim tak bisa digantikan dengan menonton televisi. Bermain tak bisa digantikan dengan membaca buku. Membaca buku tak bisa digantikan dengan membaca status media sosial.
Rehat dengan tidur dan bersantai, kita semua telah tahu. Maka telitilah, wahai diri, rehat dalam bentuk gerak. Rehat untuk mengisi ruang-ruang yang terabaikan. Ruang itu ada, namun belum nampak sebab yang lain pun tadinya masih kosong. Kala yang lain telah terisi, barulah ia bisa tersadari. Jika rumah belum berdiri, kebutuhan akan interior belum lagi tampak. Hanya ketika sebagian penting telah terisi, kebutuhan di sana sini memperlihatkan hakikatnya.
Tiap hal ada waktunya Tiap waktu ada halnya.
Maka cermatlah pada waktu, dan hal apa yang mesti dikerjakan di dalamnya. Cermat pula lah pada hal, dan kapan waktu yang paling tepat tuk mengerjakannya. Tiada kan terulang waktu barang sedetik. Melalaikan apa yang harus dikerjakan berarti kehilangan kesempatan tuk selamanya.
Rehatlah dengan membaca. Rehatlah dengan bersilaturahim. Rehatlah dengan berolahraga. Rehatlah dengan melakukan pelayanan. Rehatlah dengan membantu orang yang membutuhkan. Rehatlah dengan berkontribusi pada komunitas dan masyarakatlah. Rehatlah dengan merenung. Rehatlah dengan mengikuti kajian dan pelatihan. Rehatlah dengan bersujud.
Rehatlat, dengan bergerak.