“JIka dua orang saling bertemu dan bertukar uang 10 ribu, maka masing-masing akan pulang membawa uang 10 ribu. Namun jika dua orang saling bertemu dan bertukar 1 ide, maka masing-masing akan pulang membawa 2 ide.”
Demikian ujar sebuah nasihat.
Ya, ilmu adalah harta yang amat berharga, sebab ia bisa ditransfer, namun tak bisa hilang. Inilah sebenar-benarnya harta. Ia melekat pada pemiliknya, bahkan lebih erat setiap kali dibagikan atau diajarkan pada orang lain, sementara ilmu itu melanglang buana tanpa bisa dibendung lagi jalannya. Inilah harta sesejatinya, yang sanggup memperkaya siapa saja yang terlibat di dalamnya. Ia lah yang makin banyak diberikan, makin meningkatkan derajat pemberinya.
Ini, kita semua sudah tahu. Dan sudah pula sering mendapat nasihat serupanya. Maka yang ingin kuurai kali ini bukan soal berlipat-lipatnya ilmu yang dibagikan. Melainkan jenis ilmu yang lain, yang dalam proses bertemunya dua insan.
Ya, kerap kualami, betapa deras aliran ilmu yang muncul tiap kali bertemu dengan beberapa orang sahabat-sahabatku. Pun ketika yang kami diskusikan hanyalah soalan yang itu-itu saja, namun ilmu yang lahir selalu layaknya baru pertama kali ku dengar. Ini sungguh bukan pengalaman sekali dua kali. Ini berkali-kali kudapatkan dari berbagai obrolan. Selalu ada yang baru dari diskusi bersama kawan.
Bisa jadi, inilah sebabnya ada kata dialog. Dia berarti dua arah. Logos berarti makna. Maka dialog adalah pertukaran makna. Dan kala makna dipertukarkan, tiap orang kan membawa pulang jutaan makna baru.
Tetiba ku teringat sebuah nasihat. Bahwa ada ilmu dalam tiap kondisi. Begitu pun kala kita berinteraksi. Ada ilmu baru yang berbeda, yang hanya lahir lewat interaksi. Ia tak muncul kala dipikirkan sendiri, meski berkali-kali.
Tak heran kita dinasihati untuk berkumpul dengan orang-orang yang baik. Sebab dalam kumpulan orang baik, hanya kebaikanlah yang kan dipertukarkan. Sedang dalam kumpulan orang buruk, keburukanlah yang dilipatgandakan. Betapa mengerikannya.
Pikiran kita dibatasi oleh kemampuan menangkap pemahaman. Dalam sekali menyimak pembelajaran, kerap diri ini hanya mampu mengambil secuplik pengetahuan. Beruntungnya, teman-teman kita mengambil cuplikan lain. Jadilah kala kita bertemu, potongan-potongan itu bergabung menjadi satu, membentuk gambaran indah yang tak sanggup kita lukis sendirian.
Maka sering-seringlah bertemu, wahai diri, dengan sahabat-sahabat pembelajar terbaikmu. Kumpulkanlah pemahaman, lalu biarkan ia menjalin simpul-simpul pembelajaran baru. Berdiskusilah, berdialoglah, sebab dengan itu pemahaman kita diuji dan dilengkapi. Tanpanya, pemahaman kita mungkin hanya berupa potongan puzzle yang berdiri sendiri. Adakah manfaat dari kesendirian potongan itu?
Apa yang kau pahami, bisa jadi potongan ilmu yang orang lain cari. Sebagaimana apa yang orang lain pahami, amat mungkin potongan yang kau cari. Dan keajaiban demi keajaiban kan terjadi, kala ilmu dipertukarkan dalam interaksi.