Cukup

“Kurang dan lebihnya sesuatu kan menurunkan produktivitasmu.”

Segala yang berfungsi optimal adalah ia yang memiliki sumber daya nan cukup. Kekurangan sumber daya, sedikit saja, dampaknya amat signifikan. Ban yang kekurangan udara. Perut yang kekurangan makanan. Tubuh yang kekurangan gizi. Pikiran yang kekurangan ilmu. Hubungan yang kekurangan cinta.

Ini sebabnya sebagian orang cenderung melebihkan sumber daya, agar tak kekurangan.

Namun menariknya, kelebihan sumber daya rupanya tak meningkatkan produktivitas. Bahkan kelebihan itu kerap menjadi beban yang malah menurunkan kemampuan. Kendaraan yang kelebihan bahan bakar, misalnya, justru berjalan lambat. Aku pernah sok tahu menambahkan oli pada mesin mobil, yang ternyata berkelebihan dari standar yang seharusnya. Alih-alih berfungsi makin optimal, malah mengakibatkan kerusakan yang mengaruskannya masuk bengkel. Tubuh yang kelebihan makanan pun sama. Bukannya segar, malah rasa kantuk yang melanda.

Masakan kelebihan garam akan terasa aneh. Padu padan pakaian yang terlalu ramai dengan warna juga memusingkan yang melihatnya. Bicara yang kelebihan kata membuat kita tak dipercaya. Kerja yang berlebihan melalaikan dari kewajiban yang lainnya.

Maka pelajari kecukupan, wahai diri, pada tiap lini kehidupan. Sebab kurang dan lebihnya segala sesuatu kan menurunkan produktivitasmu.

Terlalu banyak ilmu, terlalu sedikit laku, jadikan kita hanya bicara di awang-awang. Terlalu banyak laku, terlalu sedikit ilmu, membuat kita kerja tanpa arah dan makna.

Melulu memberi, tak pernah menerima, berdampak pada munculnya bibit-bibit kesombongan. Melulu menerima, tak pernah memberi, lahirkan rasa rendah diri.

Truk yang kelebihan muatan, ialah ia yang membahayakan, tidak saja bagi dirinya, namun juga bagi sekelilingnya.

Ruangan yang kelebihan muatan membuat isinya tak beraturan. Ruangan yang kekurangan muatan kan sebabkan kerugian.

Diciptakan alam semesta dalam keseimbangan, memberi kita pelajaran bahwa yang cukup itulah yang baik. Dalam kecukupan, terdapat keseimbangan. Sebab ia nan tak seimbang, adalah ia yang tak memadai. Bisa karena kurang, bisa karena lebih.

“Lalu seperti apa kah batas cukup itu?” tanyamu.

Itulah perlunya ilmu dan seni. Ilmu kan ajari kita batasan umum kecukupan segala sesuatu. Namun karena kehidupan ini dinamis, maka seni yang kan jadikan diri ini peka pada kekurangan dan kelebihan. Resep masakan yang tersedia dalam buku bisa membantu kita membuat makanan dengan rasa yang memadai. Tapi hanya jam pengulangan lah yang tumbuhkan kapasitas diri tuk menambahkan itu dan ini agar lebih sesuai dengan selera diri.

 

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *