Salah satu hal yang membantuku mensyukuri adalah menerima bahwa ada hal-hal yang tak bisa dipungkiri. Tak semua orang beruntung memiliki pilihan. Ada kondisi yang seolah mengatakan bahwa pilihan tak ada. Yang bisa dilakukan hanya menerima. Tapi menerima saja kerap tak mudah, sebab keinginan untuk mendapatkan lebih selalu terbit. Di titik inilah, menyadari ada hal-hal yang tak bisa dipungkiri menjadi penting. Mari kita cermati.
Semisal, ada seorang anak yang tak seberuntung itu memiliki orang tua yang baik. Ya, kedua orang tuanya memang sama sekali tak ideal. Jenisnya bisa macam-macam. Tak ada pilihan tentu untuk mengganti orang tua. Karenanya, satu hal yang tak bisa dipungkiri adalah, dirinya lahir melalui mereka. Toh ia telah menikmati hidup jua. Jika tanpa kedua orang tuanya, niscaya kehidupan ini tak bisa ia nikmati.
Ada seorang karyawan yang tak seberuntung itu bekerja di perusahaan idaman, perusahaan yang menghadirkan kebahagiaan, yang tak hanya memikirkan keuntungan, tapi juga kesejahteraan. Ya, pimpinannya, rekan kerjanya, pekerjaannya itu sendiri, amat sangat jauh dari menyenangkan. Namun satu hal yang tak bisa dipungkiri adalah, sampai di titik ini, sampai di titik ini, gaji yang ia terima telah menyambung hidupnya. Kenyataannya, gaji itu telah menjadi jalan rezekinya. Rezeki itu tak mengalir lewat perusahaan ini, bukan perusahaan lain. Gaji itu telah menjaganya napasnya selama ini.
Ada lagi seorang suami yang tak pula seberuntung itu memiliki istri yang baik. Setidaknya, sebaik yang ia dengar dari orang lain, lihat di TV, dengar dari cerita. Istrinya memang bukan istri idaman. Tapi satu hal yang tak bisa dipungkiri ialah, sekian lama kehidupan ini telah dijalani bersama istrinya. Istrinya telah melakukan sesuatu yang menjadi bagian dari sejarah kehidupannya. Anak-anak yang dimiliki, yang menjadi kebahagiaan hati, telah lahir melalui rahimnya. Kehormatannya, mungkin saja telah terselamatkan berkat istrinya, disadari atau tidak oleh mereka berdua.
Menyadari ada hal-hal yang tak bisa dipungkiri telah berjasa bagi hidup ini memungkinkan kita untuk tak berlama-lama menghabiskan energi pada harapan perubahan yang tak pasti. Ya, ada harapan dalam hati bahwa hal itu bisa berubah. Padahal, kenyataannya tak mudah. Dan hal yang tak mudah diubah, setidaknya dalam kapasitas kita sekarang, sebenarnya bukan sepenuhnya ada dalam tanggung jawab kita. Sementara waktu terus berjalan, umur terus berkurang, bukankah energi ini seharusnya dikerahkan pada yang lebih menjadi tanggung jawab kita?
Orang tua yang bukan idaman kita, apa yang bisa kita lakukan untuk berbakti pada mereka?
Pekerjaan yang tak membahagiakan, apa yang bisa kita lakukan untuk membalas budi berkat gaji yang masih memberi napas ini?
Pasangan hidup yang tak ideal, apa yang bisa kita lakukan untuk mensyukuri potongan-potongan kebaikan yang niscaya ada?
Tak mudah, aku tahu ini tak mudah. Namun mengingat yang tak bisa dipungkiri, kerapkali menyelamatkanku dari keputusasaan.