“Apa itu matching dan mirroring? Cuma niru-niru aja kan? Memangnya orang nggak malah jadi marah kalau kita tirukan gerakannya?” Demikian respon yang pernah saya terima ketika mengajarkan rapport building ala NLP dalam sebuah pelatihan untuk para mentor les privat di Jogja 2 tahun lalu. Tidak mengherankan memang jika ia bereaksi demikian, karena ternyata ia memang […]
Category: Neuro-Linguistic Programming
Silakan mengambil posisi duduk yang nyaman bagi Anda. Pejamkan mata, dan ikuti instruksi berikut ini. Ingat-ingatlah sebuah kejadian menyenangkan yang Anda alami baru-baru ini. Anda bisa melihatnya dengan jelas? Bagus. Sekarang, perhatikan dengan lebih detil gambaran pengalaman tersebut. Gambaran tersebut berwarna atau hitam putih? Tiga dimensi atau datar seperti sebuah foto? Anda ada di dalam
Selamat datang kembali di pintu persepsi! Jika pada tulisan yang lalu Anda sudah memahami bahwa persepsi Anda terbentuk melalui pintu yang dinamakan rep system, maka sesuai janji saya pada tulisan tersebut, kali ini kita akan belajar tentang proses mengenali dan memahami pintu persepsi diri kita sendiri dan orang lain. Masih ingat dengan NLP Presuposition? Nah,
Apa yang muncul dalam benak Anda jika saya minta untuk memikirkan secangkir coklat susu kental hangat? Gambaran sebuah cangkir berisi cairan berwarna coklat kental disertai asa lembut yang mengepul ke atas kah? Suara yang muncul ketika Anda sedang menyeruput secangkir coklat susu dengan penuh kenikmatan kah? Lidah yang bergejolak merasakan manis dan lembutnya kah? Harumnya
“NLP itu pola pikir, bukan hanya teknik,” ujar salah seorang trainer NLP yang pernah menjadi instruktur dalam pelatihan NLP yang saya ikuti. Mendengar itu, saya yang belum lama mendengar istilah NLP pun sedikit penasaran: apa yang dia maksud dengan ‘pola pikir NLP’ itu. Sepenangkapan saya waktu itu, beberapa konsep dan teknik NLP yang diajarkan sebenarnya
Loh, kok jadi sejarah? Well, saya mempunyai 2 alasan mengapa di artikel-artikel awal seperti ini justru membahas mengenai sejarah—sesuatu yang sering dianggap sebagai hal yang membosankan. Pertama, cara termudah yang sampai saat ini saya temukan untuk memberi pemahaman tentang gambaran besar NLP adalah dengan menerangkan sejarah kemunculannya. Kedua, mempelajari sejarah NLP menjadikan saya lebih obyektif
“Apa sih NLP itu?” Ini adalah pertanyaan standar yang seringkali muncul setiap kali saya berbicara tentang NLP. Namanya yang sedikit aneh memang membuat banyak orang mengalami have-no-clue syndrome ketika mendengarnya. Neuro-Lingustic Programming, apa itu? Sampai saat ini, saya pun juga belum menemukan definisi pasti dan formal mengenai NLP. Yang ada hanyalah definisi yang diuraikan oleh
Down to earth psychology. Inilah impian saya terhadap psikologi, ilmu yang saya cintai. Sebuah ilmu yang saya pelajari secara formal selama 3 tahun 8 bulan dan tetap menyisakan berbagai pertanyaan dalam benak saya. Itulah sebabnya, secara informal saya tidak pernah berhenti menjadi seorang mahasiswa psikologi meskipun tidak lagi di UGM, tapi di Universitas Kehidupan. Saya
Recent Comments