“Ia nan telah tinggi, tak peduli seberapa tinggi ia berdiri.”
Apa yang seseorang perlukan, adalah apa yang tak ia miliki. Maka dia yang gemar dihormati, adalah yang masih kekurangan kehormatan. Sedang diri yang terhormat, tak pernah peduli, akankah ia diberi.
Maka kenalilah, wahai diri, apa-apa yang kau perlukan. Semakin tinggi tumbuh jiwamu, sejatinya semakin tak perlu pada apa-apa yang diberikan oleh sesamamu. Sebab ketinggian jiwa, hanyalah hasil dari kedekatanmu dengan Sang Pencipta. Lalu adakah lagi yang kau butuhkan dari manusia, jika setiap detik terasa kehadiranNya?
Benarlah kiranya, bahwa mereka yang telah tinggi, tak perlu meninggi. Bahkan ia tak peduli dimana kah ia berdiri, sebab ketinggian jiwa tidaklah sama dengan apa-apa yang fana. Ketinggian jiwa, tak berbatas pada ruang, karenanya bisa dimiliki siapapun yang menempuh jalanNya.
Kemuliaan diri, ada pada pengabdian. Pada tiap pengabdian, Dia kan tunjukkan jalan. Takkan pernah Dia biarkan para pengabdi dihinakan. Kalaupun makhluk menganggapnya hina, semata hanyalah jalan agar sang diri melepaskan diri dari apa yang tampak, hingga terlepaslah jiwanya, terus menembus langit, menjelajahi keabadian.
Duhai, betapa jemari penulis ini, masih jauh dari itu.