“Berhentilah sejenak untuk mendengar kembali setiap kata yang telah membentuk diri. Lalu sadari, adakah ia telah mengantarkan diri ini kepada jalan?”
Kata, adalah cara bagi diri tuk menyimbolkan keluar apa yang ada di dalam. Maka pada satu kata, sejatinya terkandung jutaan makna yang tertampung di dalamnya. Tak heran jika seseorang bisa susah atau senang, sedih atau bahagia, malas atau bersemangat, demi mendengar segelintir kata-kata.
Demikianlah kata, mengikat makna. Dan makna, menggerakkan jiwa. Jadilah kata, yang kita ucap maupun dengar, membentuk diri. Kala kata-kata itu sedemikian mulia, jadilah diri ini mulia. Dan kata kata-kata itu sedemikian hina, jadilah diri ini hina.
Tak heran, mencermati bahwa semua agama menyampaikan ajarannya lewat kata-kata. Sebab mungkin memang pada kata lah nutrisi jiwa tersampaikan. Bentuknya yang tak berbentuk menjadikannya leluasa masuk ke dalam telinga, menelisik halus ke dalam hati, menerobos relung-relung jiwa, dan menggerakkan segenap raga mengikutinya.
Cermatilah kata-katamu, wahai diri, adakah ia membangun kemuliaanmu? Apa yang kau katakan pada dirimu kala jatuh, sungguh akan menentukan seberapa cepat dan semangat kau bangun. Apa yang kau ucapkan kala malas, benar-benar akan menentukan seberapa tinggi semangatmu. Apa yang kau tuturkan kala malas, benar-benar akan menentukan seberapa tenang sesudahnya kau bisa merasa.
Berhentilah sejenak. Sebab cukup sejenak, tuk menyadari jejak yang telah ditinggalkan oleh kata-kata pada jiwamu. Berjalan kan membawamu pada kemajuan. Berhenti kan membawamu pada arah kemajuan yang benar.