“Sebenarnya, tersedia banyak pelajaran. Sayangnya, tak semua orang gemar mengambil pembelajaran.”
Ya, pembelajaran itu diambil. Ia tak datang sendiri. Sebab pengetahuan, pemahaman, hingga keterampilan, adalah sesuatu yang lahir dari proses pengolahan. Seenak dan sebergizi apapun hidangan, hanya kan menjadi nutrisi kala ada usaha untuk memakan, mengunyah, dan menelannya. Ia tak berharga sampai kita memakannya.
Begitupun beragam kejadian dalam kehidupan. Di dalamnya selalu terdapat lapisan-lapisan makna. Namun hanya kejelian, kesungguhan, dan ketekunan lah yang jadikan ia ilmu.
Tengoklah ilmu yang tak terkira jumlahnya. Asalnya, ia hanyalah rentetan kejadian. Lalu ada insan yang tekun mengamati dan menandai pola. Jadilah ia pengetahuan. Angin, udara, air, hingga perilaku manusia, telah menjelma bangunan pengetahuan, akibat adanya insan yang gemar mencari makna di kedalaman peristiwa.
Ditinggikan insan yang berilmu beberapa derajat, sebab ia tak hanya menerima apa yang terjadi. Ia telisik fenomena hingga menyeruak pemahaman atasnya. Dari sana sangguplah ia menjelaskan pada mereka yang bertanya. Dan tentu kita maklum, bahwa penjawab yang baik selalu berada lebih tinggi dari yang bertanya.
Dari pemahaman lahir kemampuan. Dari kemampuan lahir keberhasilan. Maka insan produktif adalah ia yang gemar meng-upgrade kemampuan, yang berarti gemar pula menambah pengetahuan dan pemahaman. Tak ia sia-siakan berlalu tiap kejadian, melainkan ia selalu cermat memunguti pembelajaran.
“Bagaimana kah tepatnya mengambil pembelajaran itu?” tanyamu.
Sederhana. Dengan gemar bertanya, “Apa pembelajaran yang bisa kuambil dari kejadian itu?”
Lalu perhatikan. Simak. Tandai. Minimal, catat. Sebab kadang pemahaman memang tak hadir seketika. Fakta perlu menata dirinya dalam pikiran kita. Kadang ia perlu waktu. Biarkan saja. Tinjau kembali catatanmu di kala luang, di kala tenang, di kala pikiran fokus tak melayang-layang.
Lalu apa setelah pembelajaran?
Perbaikan. Dalam tiap tindakan pasti tersedia celah kekurangan. Isilah celah itu dengan perbaikan dari tiap pembelajaran. Khazanah manajemen ala Jepang mengajarkan model yang baik tentang hal ini. PDCA. Plan, Do, Check, Act. Rencanakan. Kerjakan. Lalu periksa kesesuaian. Jika ada celah kekurangan, lakukan tindakan perbaikan selanjutnya (Next Action).
Ambillah pembelajaran, wahai diri, karena ia telah tersedia. Namun ia memang menyembunyikan dirinya. Menunggumu menembus apa yang kasat mata.