Agak berbeda dengan kegiatan sosial yang terkadang segala kekurangannya dimaklumi, bisnis tidak demikian. Tersebab ada transaksi materi di dalamnya, biasanya orang akan punya tuntutan lebih tinggi akan produk atau layanan yang diterima. Kurang sedikit, jadi masalah. Sementara dalam kegiatan sosial, ruang permakluman sungguh lebih luas.
Di sisi inilah bisnis sejatinya mengajari kita sesuatu. Pembelajaran yang tak kita dapat dalam konteks lain. Ialah pembelajaran tentang pentingnya menuju kesempurnaan. Excellence. Pembelajaran yang kadang kita dipaksa tuk menjalaninya lantaran tuntutan pelanggan.
Tengoklah. Bukankah demikian banyak orang yang mencapai tahap kedewasaan pribadi setelah bekerja? Kedewasaan yang kerap belum tampak di masa-masa sekolah.
Apa pasalnya?
Ya karena tak ada kompromi soal ketuntasan dalam bisnis. Tak mudah menutup toko hanya karena kita malas membukanya pada hari itu. Tak mudah pula berhenti menyediakan satu layanan hanya karena kita bosan padanya. Bisa-bisa yang terjadi pelanggan pergi selamanya.
Maka bisnis mengajari kita kesungguhan. Sungguh-sungguh ketika memulai. Sungguh-sungguh kala mempertahankan dan meningkatkan.
Tak sungguh-sungguh ketika memulai? Bisnis takkan berdiri.
Tak sungguh-sungguh kala ia telah stabil? Bisnis kan menurun tanpa disadari. Sebab pertumbuhan ialah keniscayaan dalam kehidupan.
Bisnis mengajari kita melawan rasa malas, rasa enggan, rasa malu, rasa takut. Bisnis menuntut kita membangun kepekaan, ketekunan, kepedulian. Dan semuanya dilakukan sembari menjalankan pekerjaan.