Sebagaimana telah saya singgung pada artikel lalu, NLP amat erat hubungannya dengan kepemimpinan. Sebab mempraktikkan NLP, sejatinya adalah menjadi tuan atas diri sendiri, menjadi pemimpin atas diri sendiri. OK, kepemimpinan. Ia adalah sebuah nominalisasi. Kata benda, yang bukan benda. Meski secara kaidah kebahasaan tergolong kata benda, kita tidak pernah bisa menemukannya di pasar, mal, pun […]

OK. Indonesia NLP Society sudah berdiri hampir 7 tahun. Saya sudah belajar NLP hampir 9 tahun. Lalu apa? Apa yang saya pahami saat ini? Apa itu NLP? Apa manfaatnya? Bagaimana pengembangannya? Inilah beberapa pertanyaan yang memicu saya untuk meneguhkan niat kembali menulis dan mengembangkan NLP. Niat yang makin kuat sepulang menikmati belajar bersama Michael Hall.

Meninjau Kembali NLPRead More »

Oleh: Teddi Prasetya Yuliawan Tak terasa, sudah separuh Ramadhan terlalui. Sungguh hati bercampur rasa, antara cemas dan harap. Cemas, akankah diri ini termasuk yang semata mendapat lapar dan dahaga. Harap, semoga segala kekurangan digenapkan sempurna sebab kemurahanNya. Sementara harap dan cemas menyatu, terngiang suara para guru yang mengajarkan bahwa makna puasa adalah menahan. Secara fisik,

Puasa: Sebuah DisosiasiRead More »

Oleh: Teddi Prasetya Yuliawan Setiap amal itu tergantung pada niatnya. Demikian ajaran agama menelusup dalam diri saya, yang juga begitu sering saya dengar dari banyak orang. Saya lansir, ia merupakan salah satu ajaran yang paling populer di kalangan orang awam. Meskipun, saya pun yakin bahwa makna aslinya banyak yang belum dipahami secara tepat.

“Kesabaran adalah Matahari” Demikian sebuah tulisan terpampang di belakang kaus para pelayan salah satu kedai makan di Jogja, beberapa tahun yang lalu saat saya masih kuliah. Sungguh saya bingung apa maksud tulisan tersebut saat pertama kali membacanya. Sebagai Informasi, kedai ini amat terkenal aneka sambalnya yang selalu bikin kita makin dekat dengan Tuhan, sebab sering

Menikmati KesabaranRead More »

Oleh: Teddi Prasetya Yuliawan Apa yang dapat dilakukan oleh seorang anak berusia empat tahun? Ya, berbagai keterampilan dasar hidup tentu sudah begitu terampil dilakukan. Bicara, berjalan, bermain, belajar di sekolah, dan seterusnya. Di usia ini pula, seorang anak mulai belajar keterampilan sosial dengan lebih riil, sebab ia bersentuhan langsung dengan dunia nyata, dan semakin sedikit

Empat Tahun Belajar NLP JalananRead More »

Cukup sering saya ditanya, “Pak, apakah seorang yang belajar NLP tidak bisa sedih, marah, atau merasakan emosi negatif lainnya?” Ah, sebuah pertanyaan yang menggelitik. Di tengah maraknya berbagai ilmu pengembangan diri, utamanya yang berbasis mind technology, kata-kata emosi negatif seolah-olah hanya miliki emosi-emosi seperti marah, sedih, dendam, dengki, kecewa, dan kawan-kawannya. Sementara emosi-semosi seperti senang,

Jangan Matikan Alarm-nya, Sebelum Mengatasi Sumber Ia BerbunyiRead More »

Sungguh saya tak habis pikir, bagaimana seorang Ibu atau pengasuh bisa begitu kreatif mencari berbagai cara untuk membujuk seorang anak untuk makan. Dimulai dari berbagai bujukan hingga permainan, yang entah bagaimana, seketika suapan demi suapan masuk tanpa disadari. Ya, seorang Ibu bisa begitu luwes nan lentur demi memastikan sang anak makan dengan sukarela. Dari jutaan

Berpura-puralah, dengan Sungguh-sungguhRead More »

Oleh: Teddi Prasetya Yuliawan   Pertanyaan di atas adalah sebuah pertanyaan yang terceletuk dalam benak saya setelah menyelami NLP selama kira-kira 4 tahun. Sebuah pertanyaan yang bernada iseng, namun rupa-rupanya menyimpan persoalan mendasar. Ya, jika peta bukan wilayah, mengapa masih dipakai? Mengapa tak kita langsung saja masuk ke wilayahnya, tanpa menggunakan peta? Nyebur aja langsung.

Jika Peta Bukan Wilayah, Mengapa Masih Dipakai?Read More »