Setelah menulis tentang perjalanan ELC di artikel sebelumnya, aku baru tersadar bahwa sebenarnya program sertifikasi NLP Coaching justru berumur lebih tua dari itu. Ya, kelas coaching berbasis NLP sendiri kan sudah diadakan sejak 2010, tapi hanya berupa kelas pendek berdurasi dua hari. Perlu ku akui, saat itu pun kemampuan coaching ku masih amat terbatas. Meski […]
Category: NLP Reflections
Ku tulis di artikel sebelumnya, bahwa ELC sudah berumur sepuluh tahun. Ia dimulai sejak 2015 dengan nama NLP Essentials. Kala itu durasinya tiga hari, berjalan dua angkatan. Setelahnya, kami merasakan bahwa materi yang dirasa penting sungguh sulit dibawakan dalam tiga hari. Jadilah kami desain ulang sehingga jadi empat hari, dibagi menjadi dua modul. Ah, aku
Baru ku sadari hari ini, di kelas Essential Life Course (ELC) Jakarta, bahwa INLPS sudah bekerja sama dengan Amaris Kemang selama sepuluh tahun. Ini juga sekaligus menandai bahwa program ELC sudah berjalan 10 tahun juga. Wah, lama juga ya. Alhamdulillah. Ah, mungkin ini adalah momen tepat untuk merefleksikan perjalanan ELC dan INLPS, bersama Amaris Kemang
Sebagaimana ku bahas di artikel yang lalu, memodel adalah cara belajar paling purba, paling alamiah dari manusia. Ia bisa saja tak terasah, namun sebenarnya tak pernah hilang. Dan NLP, adalah metodologi yang berusaha untuk melatih kembali cara belajar itu.
Bahasa adalah cara manusia menyampaikan pikiran dan perasaannya. Lebih jauh, bahasa adalah cara manusia mengekspresikan siapa dirinya. Apa yang ada dalam pikiran manusia tak terindera. Agar dapat dipahami bersama, manusia mewakilkannya pada bahasa. Yang disebut Teddi jelas tak hanya tubuhnya. Tapi keseluruhan dirinya, dan sejarahnya. Maka kata “Teddi” itu mewakili kesemua yang bisa ditangkap tentang
Sebuah pertanyaan menarik muncul di grup Alumni Belajar NLP Online: “Bagaimana pendapat teman-teman tentang berutang?” Mulanya, aku tak ingin menjawab, atau bahkan mengomentari. Sebab grup ini memang tidak punya kepentingan membahas itu. Banyak referensi lain yang lebih valid. Apalagi, kami di grup ini tak punya kompetensi soal ini. Namun tak lama berselang, aku terpikir sesuatu.
“Alih-alih fokus pada apa yang salah dalam diri atau orang lain, fokuslah pada apa yang berjalan dengan baik.” Richard Bandler Dari khazanah ilmu bertajuk Neuro-Linguistic Programming (NLP) yang kupelajari 13 tahun terakhir, kalimat dari seorang rekan-pendiri di atas merupakan salah satu tema sentral yang penting untuk direnungkan. Bahwa seseorang yang mengalami fobia, misalnya, sejatinya memiliki
Selalu ada yang baru di NLP Essentials. Ya, belajar NLP itu dasarnya ya itu-itu saja. Tapi karena NLP itu ilmu struktur, dan kita lah yang mengisinya, maka meski struktur yang digunakan sama, hasil yang dilahirkan bisa teramat berbeda. Yang namanya penggorengan dari dulu sampai sekarang, mahal maupun murah, bentuknya kurang lebih sama. Namun apa yang
Ya. Bagaimana tidak? La NLP itu ilmu modeling. Berangkat dari ‘meniru’ keahlian orang lain. Maka melakukan modeling berarti mengakui adanya orang lain yang telah lebih dulu mengembangkan keahlian, dan bersedia belajar kepadanya. Dengan kata lain, jika toh sang praktisi menemukan sebuah teknik baru yang fenomenal, tetap ada orang lain yang lebih dulu memulainya. Ia ‘hanya
Beberapa kali dalam waktu berdekatan, saya mendapati pertanyaan serupa tajuk di atas. Sebuah pertanyaan yang sejatinya tidak saja muncul belakangan, melainkan sudah ada sejak lama, bahkan di negara asalnya Amerika. Namun beberapa kawan mengajukan pertanyaan serupa, mungkin sebab terbitnya sebuah tulisan dari Mas Mohammad Fauzil Adhim berjudul “Tragedi Iman Seorang Hafidz” di sini. Saya maklum

Recent Comments