“Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku perkenankan doamu.” Ghafir: 60 Demikian janjiNya. Tiap doa kan dikabulkan. Cara mengabulkannya lah yang berbeda-beda. Ada yang dijawab segera, ada yang ditunda. Ada yang diberi tepat yang diminta, ada yang digantikan yang lebih baik. Namun janjiNya selalu kan ditepati. Insan lah yang kerap tak sabar, atau tak jeli melihat pengabulan […]
Tag: doa
“Ia berkata, ‘Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapapun setelahku.’” (Shad: 35) Siang ini aku dipertemukan dengan bahasan dari Ustadz Nouman Ali Khan tentang surat Shad ayat 35. Ayat ini mengajarkan tentang doa yang diucapkan oleh Nabi Sulaiman as, “Ia berkata, ‘Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan
Zakariya berdoa, “ Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah, kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepadaMu, ya Tuhanku.” (Maryam:4) Inilah Zakariya. Salah seorang hamba yang diangkat oleh Allah sebagai nabi. Derajat yang sebagaimana kita tahu, menunjukkan keimanan yang tanpa cela, yang sedemikian sempurna. Dan inilah doanya, yang diabadikan agar jadi
“Kala usaha telah disungguhi, biarkanlah hasil menampakkan wujudnya sendiri.” Tak ada lain, kewajiban hamba adalah usaha, teriring doa. Pada keduanya lah wujud syukur, terima kasih sedalam-dalamnya pada Sang Pemilik Hidup. Betapa tidak? Sedang diri ini entah apa mulanya, kini tercipta dalam sesempurna rupa. Kesempurnaan rupa dan akal ini, sungguh tak layak dibiarkan tersia belaka, tanpa
“Doa orang yang dizhalimi itu makbul,” demikian ujar nasihat yang berkali-kali kudengar. Entah kapan pertama kali ia mampir ke telingaku, namun baru bertahun-tahun kemudian kupahami setitik maknanya. Pertama, tentu jangan sekali-kali kau menzhalimi orang lain. Sebab doanya makbul, hingga diri ini mesti bersiap menanggung segala akibat dari doanya. Kedua, bergembiralah kala mendapat kezhaliman, sebab itu
“Keinginanmu untuk pasrah sebelum menyempurnakan usaha bisa jadi merupakan kekufuran yang samar. Sementara keteguhanmu untuk berusaha tanpa mengindahkan kepasrahan bisa jadi merupakan kesombongan terselubung. Keindahan hidup terjadi ketika keduanya berjalan dengan harmonis.” Di atas adalah terjemahan bebas dari salah satu hikmah yang diuraikan Syaikh Ibnu Athaillah dalam kitab beliau, Al Hikam. Kitab yang tampak tipis
“Tanamlah doa di kala lapang, agar dikabulkan doa di kala sempit.” Doa ibarat bibit. Kita tak pernah tahu kapan dan seperti apa ia kan dikabulkan. Namun yakinlah bahwa ia pasti tumbuh, sebab janjiNya takkah pernah luput. Dan layaknya bibit, doa yang kita panjatkan mestilah sesuatu yang baik, hingga layak lah kita berharap hasil yang baik
Dimulakan dengan bismillah. Disudahi dengan alhamdulillah. Begitu lah sehari dalam hidup kita. Mudah-mudahan dirahmati Allah. Demikian lirik lagu ini dinyanyikan oleh Raihan, grup nasyid asal Malaysia itu. Bertahun-tahun lagu ini kudengar, baru beberapa bulan belakangan ia seolah mengantarkanku pada pemahaman yang berbeda soal basmalah. Bismillahirrahmanirrahim. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Inilah ucapan
Duhai Rabb, akankah ku kembali padaMu, sedang kini, surga terasa begitu jauh Satu laku baikku, ku tak pernah yakin akankah ia bernilai di sisiMu Sedang satu laku burukku, jelas melebarkan jalan menuju siksaMu
“Tuhan tidak membutuhkan usahamu untuk memberikan hasil yang kau perlukan. Kau lah yang memerlukan usahamu agar layak menerima hasil yang Dia berikan.” Bukan sebab Dia tak mampu, maka kau belum dapatkan apa yang termaktub dalam doamu. Maha Suci Dia, dari ketidakmampuan. Tapi Dia jelas lebih tahu, apakah pintamu, memang yang terbaik untuk keabadian hidupmu. Maka
Recent Comments