Sebutan guru, mengandung dua kata, digugu dan ditiru. Sederhananya, guru adalah orang yang pada dirinya ada kelayakan untuk ditiru. Apa yang ditiru? Tentu saja ilmunya. Tapi tak sekedar ilmu sebagai pengetahuan, melainkan ilmu yang telah menjadi lelaku. Sebab baru ketika ilmu jadi perilaku, ia tampak, hingga bisa ditiru. Sebelum ilmu menjadi tindakan, ia belum bisa […]
Category: Reflections
Aku ingin berbagi kepadamu sebuah mimpi. Barangkali kau tertarik, bolehlah kita mewujudkannya bersama. Ya, sudah lama aku bermimpi untuk memiliki sebuah perpustakaan publik. Rumah baca yang menjadi tempat belajar bersama. Tentu saja tidak hanya orang bisa datang untuk meminjam buku dan membaca, kita tentu akan berdiskusi di sana. Tapi rumah baca itu tentu perlu bisa
Dalam setiap perayaan Idul Adha, khatib shalat sering mengangkat penggalan kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail as sebagai pelajaran. Ayat yang kerap dikutip adalah QS Ash-Shaffat ayat 102 yang terjemahannya adalah sebagai berikut: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah
Ya, empat tahun lalu aku menulis sebuah artikel bertajuk “Perkenalanku dengan Filsafat”. Artikel itu menandai perjalananku belajar filsafat secara formal di STF Driyarkara. Rupa-rupanya, aku tak pernah lagi menulis soal perjalanan belajarku selama di sana, hingga akhirnya aku tahun ini lulus studi S2. Setahun matrikulasi, tiga tahun kuliah, total empat tahun. Lebih lama dari masa
Jika ada satu tantangan pembelajaran yang paling krusial untuk diatasi oleh manusia di era ini adalah: kecenderungan kita untuk menggemari ringkasan. Sepuluh tahun lalu, setidaknya, kita masih dimudahkan mencari referensi berupa tautan di situs web yang setidaknya menghendaki kita untuk membaca sendiri artikel yang tersedia. Kini, kecerdasan imitasi telah melangkah lebih jauh untuk meringkaskan semua
Belakangan ini berita terkuaknya kasus korupsi sedang ramai. Dari pagar laut hingga Pertamina, kita geleng-geleng kepala dibuatnya, sebab melibatkan banyak orang yang sebenarnya sudah amat sangat kaya, dengan mengorbankan mereka yang miskin. Pertanyaan yang muncul dalam benakku adalah bagaimana asal muasal korupsi ini? Bagaimana seseorang (atau sekelompok orang) terlibat, tega, terencana, terorganisir, berusaha mengeruk kekayaan
Aku berpendapat, orang yang berkeinginan untuk menjadi trainer, konsultan, atau pengajar lain dalam arti luas, mestilah menulis. Ini alasannya. Menulis adalah menuangkan gagasan. Mereka yang terampil dan rajin menulis, bisa dibayangkan memiliki gagasan dan kemampuan untuk menuangkannya. Jika dibalik, mereka yang tak rajin menulis, mungkin memiliki gagasan namun kesulitan menuangkannya. Atau, memang tak punya gagasan
Ada yang menarik dalam pertemuanku kemarin dengan dua orang guru. Pertama adalah Pak Bagus Riyono, kedua adalah Bu Emi Zulaifah. Keduanya adalah suami istri yang sama-sama ahli dalam psikologi, pertama-tama Psikologi Industri-Organisasi, dan saat ini menggeluti Psikologi Islam. Dalam diskusi berbalut silaturahmi itu, terangkat satu topik tentang tazkiyah. Kata ini biasa dipahami oleh seorang muslim
Manusia modern, terutama manusia digital, kerap tanpa sengaja merasa begitu mandiri. Sebegitu mandirinya hingga tak butuh orang lain. Bagaimana tidak? Ia punya penghasilan sendiri. Hidup menyewa kamar kos atau apartemen sendiri. Memesan makanan atau memasak sendiri. Mengisi waktu luang sendiri. Berlibur sendiri. Tanpa kehadiran orang lain ia bisa memenuhi kehidupannya. Maka ketika dihadapkan pada kebutuhan
Kata profesional berasal dari kata profesi. Menggunakan pemaknaan bebas dari bahasa Inggris, kita mungkin bisa memahami profesi sebagai pekerjaan. Sebagai kata benda, pekerjaan mengandung di dalamnya beragam aktivitas yang berada dalam satu rumpun. Pekerjaan sebagai kasir, misalnya, mencakup rangkaian aktivitas pembayaran yang tak sekedar menerima atau menyerahkan uang. Maka seorang kasir yang profesional adalah ia
Recent Comments